Tugas Etika Profesi (Review Jurnal)

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK KONSTRUKSI DI INDONESIA

(Studi Kasus: Pembangunan Jembatan Dr. Ir. Soekarno-Manado)

Penulis: Febyana Pangkey (Alumni S2 Teknik Sipil Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi), Grace Y. Malingkas, dan D.O.R. Walangitan (Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi)

Tahun Terbit: 2012

Universitas Sam Ratulangi, Manado

Pendahuluan

Pembangunan konstruksi akan gedung, jalan dan beberapa fasilitas lain saat ini memiliki perkembangan yang semakin pesat, oleh sebab itu diperlukan peranan yang sangat penting dalam pengendalian resiko kecelakaan kerja. Namun kenyataannya penerapan akan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) masih sering terabaikan, hal ini ditujukan dengan masih tingginya tingkat angka kecelakaan kerja. Proyek pembangunan jembatan Dr. Ir. Soekarno-Manado merupakan salah satu proyek yang beresiko tinggi akan kecelakaan kerja dikarnakan penggunaan alat berat dan canggih yang memerlukan keahlian dalam penggunaannya. Oleh sebab itu perlu dilakukan evaluasi terhadap penerapan SMK3 pada proyek pembangunan jembatan Dr. Ir. Soekarno-Manado yang bertujuan untuk meminimalkan kecelakaan kerja sekecil-kecilnya, sehingga dapat memberikan keamanan dan ketenangan yang dapat membantu dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini memiliki prosedur penelitian yang merupakan tahapan tahapan perencanaan yaitu tahap persiapan dengan melakukan survey lokasi dan meninjau kasus-kasus yang terjadi. Tahap pengumpulan data, dalam tahap ini jenis data yang dikumpulkan terbagi menjadi dua yaitu data primer yang didapat dari hasil observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder merupakan data yang didapat berupa struktur organisasi dan peraturan mengenai sistem SMK3 dan daftar APD yang digunakan. data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menyusun, membahas, dan mengevaluasi. Berikut ini tabel data penerapan SMK3 berdasarkan hasil wawancara.

Capture

Hasil Penelitian

Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan hasil yang didapatkan adalah bahwa pada proyek pembangunan jembatan ini telah disusun dalam prosedur Rencana Mutu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (RMK3L). RMK3L merupakan integrasi pemenuhan  Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2000), Keselamatan dan Kesehatan kerja (OHSAS 18001:1999) dan Manajemen Lingkungan (ISO 14001:2004) yang dibuat berdasarkan kontrak dan peraturan perundang-undangan. Standar digunakan disesuaikan dengan standar internasional yaitu OHSAS 18001:1999. Dari segi keberadaan, kebijakan, komitmen, perencanaan, penerapan, pengukuran, evaluasi, dan tinjauan kembali oleh pihak manajemen karna memiliki kesamaan dengan PERMENAKER No.05/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

Penerapan SMK3 bagi proyek dilaksanakan sepenuhnya sehingga sangat berpengaruh baik bagi proyek, perusahaan, dan tenaga kerja, karna dapat dilihat dari hasil tabel data keselamatan dan kesehatan kerja yang menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan rendah sehingga tidak mengganggu aktivitas dari pelaksanaan pembangunan proyek jembatan dan hilangnya hari kerja sebagian besar bukan karna disebabkan oleh terjadinya suatu kecelakaan kerja yang fatal atau kematian melainkan dikarnak sakit dan kecelakaan kecil dengan bantuan pertolongan medis. Selain itu tidak terdapat juga tanda peringatan, dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh tenaga kerja mematuhi peraturan atau pedoman yang diberlakukan pada lokasi pembangunan. Berikut ini tabel data keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Capture2

Sumber: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jime/article/viewFile/4232/3761

Perencanaan Organisasional

           Perencanaan adalah proses menentukan bagaimana organisasi dapat mencapai tujuannya, dimana ditujukan pada tindakan yang tepat melalui melalui proses analisa, evaluasi, seleksi diantara kesempatan-kesempatan yang diprediksi terlebih dahulu. Pengorganisasian adalah suatu proses pembentukan kegunaan yang teratur untuk semua sumber daya dalam sistem manjemen. Penggunaan yang teratur tersebut menekankan pada pencapian tujuan sistem manajemen dan membantu wirausahawan tidak hanya dalam pembuatan tujuan yang nampak tetapi juga didalam menegaskan sumber daya yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan Organisasional mempunyai dua tujuan :

  • Tujuan Perlindungan (Protective) : meminimisasikan resiko dengan mengurangi ketidakpastian di sekitar kondisi bisnis dan menjelaskan konsekuensi tindakan manajerial yang berhubungan
  • Tujuan Kesepakatan (Affirmative) : meningkatkan tingkat keberhasilan organisasional

Henry Fayol telah mengembangkan 16 garis pedoman umum yang bisa digunakan ketika mengorganisasi sumber daya-sumber daya, yaitu :

  1. Menyiapkan dan melaksanakan rencana operasional secara bijaksana.
  2. Mengorganisasi faset kemanusiaan dan bahan sehingga konsisten dengan tujuan, sumber daya, dan kebutuhan dari per soalan tersebut.
  3. Menetapkan wewenang tunggal, kompeten, enerjik, dan menuntun.
  4. Mengkoordinasi semua aktivitas-aktivitas dan usaha-usaha.
  5. Merumuskan keputusan yang jelas, berbeda, dan tepat.
  6. Menyusun seleksi yang efisien sehingga tiap-tiap departemen dipimpin oleh seorang manajer yang kompeten, enerjik, dan tiap-tiap karyawan ditempatkan pada tempat dimana dia bisa menyumbangkan tenaganya secara maksimal.
  7. Mendefinisikan tugas-tugas.
  8. Mendorong inisiatif dan tanggung jawab.
  9. Menberikan balas jasa yang adil dan sesuai bagi jasa yang diberikan.
  10. Memfungsikan sanksi terhadap kesalahan dan kekeliruan.
  11. Mempertahankan disiplin.
  12. Menjamin bahwa kepentingan individu konsisiten dengan kepentingan umum dari organisasi.
  13. Mengakui adanya satu komando.
  14. Mempromosikan koordinasi dahan dan kemusiaan.
  15. Melembagakan dan memberlakukan pengawsan.
  16. Menghindari adanya pengaturan, birokrasi, dan kertas kerja.

Konsep pembagian tenaga kerja diberikan pada bebagai bagian tugas tertentu dintara sejumlh anggota organisasi sehingga produksi dibagi menjadi sejumlah langkah-langkah atau tugas-tugas dengan tanggung jawab penyelesaian yang diberikan pada individu tertentu. terdapat keuntungan dan kerugian dalam pembagian tenaga kerja. Berikut ini merupakan keuntungan dan kerugian yang didapatkan:

Keuntungan pembagian tenaga kerja

  1. Pekerja berspesialisasi dalam tugas tertentu sehingga keterampilan dalam tugas tertentu meningkat.
  2. Tenaga kerja tidak kehilangan waktu dari satu tugas ke tugas yang lain.
  3. Pekerja memusatkan diri pada satu pekerjaan dan membuat pekerjaan lebih mudah dan efisien.
  4. Pekerja hanya perlu mengetahui bagaimana melaksanakan bagian tugas dan bukan proses keseluruhan produk.

Kerugian pembagian tenaga kerja

  1. Pembagian kerja hanya dipusatkan pada efisiensi dan manfaa ekonomi yang mengabaikan variabel manusia.
  2. Kerja yang terspesialisasi cenderung menjadi sangan membosankan yang akan berakibat tingkat produksi menurun.

Menurut Chester Barnard dalam jangka panjang akan makin banyak perintah dari manajer yag akan diterima. Berikut ini merupakan perintah manajer yang akan diterima:

  1. Saluran formal dari komunikasi digunakan oleh manjer dn dikenal semua anggota organisasi
  2. Tiap anggota organisasi telah menerima saluran komunikasi formal melalui mana dia menerima perintah
  3. Lini komuniksi antara manajer bawahan bersifat langsung
  4. Rantai komando yang lengkap
  5. Manajer memiliki keterampilan komunikasi yang memadai
  6. Manajer menggunakan lini komunikasi formal hanya untuk urusan organisasional
  7. Suatu perintah secara otentik memang berasal dari manajer

Jenis-jenis wewenang

  1. Wewenang Lini
  2. Wewenang Staf
  3. Wewenang Fungsional

 

Sumber:

http://muhamadf.blogspot.co.id/2014/01/pengertian-perencanaan-organisasi.html

http://ashur.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/27037/kewirausahaan+sesudah+UTS.ppt

 

 

Kewirausahaan

      Kewirausahaan (entrepreneurship) berasal dari perancis yang secara harfiah diterjemahkan sebagai “perantara”. Kewirausahaan secara lebih luas didefinisikan sebagai proses penciptaan sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi, dan sosial yang menyertainya, serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi. Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga orang yang melakukan perubahan, inovasi, dan cara-cara baru. Tiga jenis perilaku didalam kewirausahaan adalah memulai insiatif, mengorganisasi dan mereorganisasi mekanisme sosial/ekonomi untuk merubah sumber daya dan situasi dengan cara yang praktis, diterimanya resiko atau kegagalan.

      Wirausahawan revolusi industri Inggris menunjukkan kunci penting dalam membangun kepribadian semangat inovasi. Mereka terlibat dalam pengembangan penemuan untuk tujuan komersil dan menerapkan penemuan ilmiah untuk tujuan produksi. Keberhasilan mereka membuktikan adanya nilai dari pengerjaan sesuatu yang baru dan berguna atau mengerjakan sesuatu yang lama dengan cara baru dan lebih baik. Inovasi merupaka karakteristik utama dari usaha-usaha kewirausahaan. Karakteristik wirausahawan menurut McClelland:

  1. Keinginan untuk berprestasi, kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku kearah pencapaian tujuan yang merupakan tantangan bagi kompetensi individu.
  2. Keinginan untuk bertanggung jawab, wirausahawan lebih memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai
  3. Preferensi kepada resiko-resiko menengah, wirausahawan memilih menetapkan tujuan-tujuan yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bias mereka penuhi
  4. Persepsi pada kemungkinan berhasil, keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan. Wirausahawan mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan menilainya.
  5. Rangsangan oleh umpan balik, mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.
  6. Aktrivitas enerjik, wirausahawan menunjukkan energy yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang. Mereka bersifat aktif dan mempunyai proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas dengan cara baru.
  7. Orientasi kemasa depan, wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir kedepan dengan mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh dimasa depan.
  8. Keterampilan dalam pengorganisasian, wirausahawan sangat objektif didalam memilih individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli dan bukannya teman agar pekerjaan bias dilakukan dengan efisien sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
  9. Sikap terhadap uang, wirausahawan hanya memandang uang sebagai lambing kongkrit dari tercapainya tujuan dan sebagai pembuktian bagi kompensasi mereka.

      Peluang usaha baru akan mendatangkan berbagai jenis resiko. Walaupun tidak ada cara yang dapat diketahui untuk membuat penilaian tersebut dengan setepat-tepatnya, terdapat cara dimana individu-individu bisa menilai kualifikasi untuk memulai dan mengelola bisnis baru agar berhasil. Karakteristik wirausahawan sukses dengan n Ach tinggi akan memberikan pedoman bagi analisa diri sendiri, sebagai berikut:

  1. Kemampuan inovatif, inovasi memerlukan pencarian kesempatan baru. Hal tersebut berarti perbaikan barang dan jasa yang ada, menciptakan barang dan jasa baru, atau mengkombinasikan unsur-unsur produksi yang ada dengan cara baru dan lebih baik.
  2. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity), ini berarti kemampuan untuk berhubungan dengan hal yang tidak terstruktur dan tidak bisa diprediksi.
  3. Keinginan untuk berprestasi, hal ini merupakan tanda penting untuk kewirausahaan karna hal ini menandai para pemiliknya sebagai orang yang tidak mengenal menyerah didalam mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan sendiri.
  4. Kemampuan perencanaan realistis, menetapkan tujuan yang menantang dan bisa diterapkan adalah tanda dari perencanaan realistis.
  5. Kepemimpinan terorientasi kepada tujuan, wirausahawan membutuhkan aktivitas yang mempunya tujuan n Ach yang tinggi memotivasi mereka untuk mengarahkan tenaga mereka dan rekan kerja serta bawahan mereka kearah tujuan yang ditetapkan. Semua usaha dalam organisasi dipusatkan untuk mencapai tujuan utama organisasi tersebut.
  6. Obyektivitas, wirausahawan obyektif didalam mengarahkan pemikiran dan aktivitas kewirausahaannya dengan cara pragmatis.
  7. Tanggung jawab pribadi, wirausahawan memikul tanggung jawab pribadi, mereka menetapkan tujuan sendiri dan memutuskan bagaimana mencapai tujuan tersebut dengan kemampuan mereka sendiri.
  8. Kemampuan beradaptasi, mampu beradaptasi menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
  9. Kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator, mempunyai kemampuan mengorganisasi dan administrasi didalam mengidentifikasi dan mengelompokkan orang-orang berbakat untuk mencapai tujuan.

      McClelland mengemukakan tiga kebutuhan dasar yang mempengaruhi pencapaian tujuan ekonomi. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan untuk berprestasi, n Ach, kebutuhan berafiliasi, n Afill: dan kebeutuhan untuk berkuasa, n Pow.

  1. Kebutuhan untuk berprestasi tinggi – Orang yang tergolong pada high achiever harus diberikan pekerjaan yang menantang dengan sasaran akhir yang masih dapat dicapai. Bagi mereka uang bukanlah suatu motivator yang penting, yang lebih efektif adalah umpan balik atas apa yang telah mereka lakukan. Contoh: Wirausahawan yang menginginkan pujian dari lingkungannya sebagai bentuk pengakuan terhadap prestasinya tersebut.
  2. Kebutuhan untuk berafiliasi tinggi – Karyawan dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi membutuhkan lingkungan kerja yang dipenuhi dengan nuansa kerjasama yang prima. Contoh: Wirausahawan yang ingin mempunyai hubungan baik dengan rekan kerjanya.
  3. Kebutuhan akan kekuasaan – Manajemen harus menyediakan peluang untuk mengatur orang lain bagi mereka yag mencari kekuasaan. Contoh: Pegawai yang mau diatur oleh seorang wirausahawan, sehingga wirausahawan tersebut cukup berkuasa di bidang masing-masing.

      Keingintahuan dan minat pada apa yang terjadi didunia merangsang orientasi eksternal. Para wirausahawan menelusuri banyak sumber gagasan. Sumber gagasan baru tersebut adalah:

  1. Konsumen, wirausahawan harus selalu memperhatikan apa yang menjadi keinginan konsumen atau memberi kesempatan kepada konsumen untuk mengungkapkan keinginan mereka.
  2. Perusahaan yang sudah ada, wirausahawan harus selalu memperhatikan dan mengevaluasi produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan yang usdah ada dan kemudian mencari cara untuk memperbaiki penawaran yang sudah ada sehingga bisa membentuk ventura baru.
  3. Saluran distribusi, saluran distribusi juga merupakan sumber gagasan baru yang sangat baik karena kedakatan mereka dengan kebutuhan pasar.
  4. Pemerintahan, pemerintahan juga merupakan sumber pengembangan gagasan baru dengan dua cara. Pertama, melalui dokumen hak-hak paten yang memungkinkan pengembangan sejumlah produk baru. Kedua, melalui pengaturan pemerintah kepada dunia bisnis yang bisa memungkinkan munculnya gagasan produk baru.
  5. Penelitian dan pengembangan, penelitian dan pengembangan sering menghasilkan gagasan produk baru atau perbaikan produk yang suah ada.

     Analisa pulang pokok adalah teknik untuk menentukan seberapa banyak satuan yang harus dijual atau seberapa banyak volume penjualan yang harus dicapai agar tercapai posisi pulang pokok. Analisa ini menghasilkan informasi yang mengikhtisarkan berbagai tingkat keuntungan dan kerugian yang berkaitan dengan berbagai tingkat produksi. Unsur dasar analisa pulang pokok antara lain:

  1. Biaya Tetap : pengeluaran yang dikeluarkan tanpa meiihat jumlah produk yang dihasilkan.
  2. Biaya variabel : pengeluaran yang berfluktuasi dengan jumlah produk yang dihasilkan.
  3. Biaya Total: jumlah total biaya tetap darr biaya variabei yqng berkaitan dengan produksi.
  4. Pendapatan Total : semua nilai rupiah penjualan yang terakumulasi dari penilaian produk.
  5. Keuntungan : jumlah pendapatan total yang melebihi biaya total dari produksi barang yang dijual.
  6. Kerugian : jumlah biaya total produksi barang yang melebihi pendapatan total yang diperoleh dari pernjualan barang tersebut.
  7. Titik Pulang Pokok : pendapatan total sama dengan biaya totalnya, artinya perusahaan hanya memperoleh pendapatan yang hanya cukup untuk menutupi biaya-biayanya. Perusahaan tidak untung tidak rugi.

Bentuk usaha atau bentuk pemilikan perusahaan ada yang berbentuk badan hukum dan tidak berbadan hukum. Yang dimaksud dengan berbadan hukum yaitu badan usaha yang mempunyai kekayaan sendiri, terpisah dari harta kekayaan para pendirinya. Para anggota tidak bertanggung jawab dengan harta kekayaannya diluar yang tersebut dalam saham yang dimilikinya. Beberapa bentuk kepemilikan perusahaan yaitu:

  1. Pemilikan tunggal (firma). Merupakan bentuk organisasi bisnis kecil yang paling umum. Perusahaan dimiliki dan dijalankan oleh satu orang.

>Keuntungan

  • Organisasi informal sudah cukup, dan kewajiban-kewajiban hukum yang harus dipenuhi hanya sedikit, dan cukup murah dalam pembentukannya.
  • Pemilik tidak perlu membagi laba dengan siapapun.
  • Biasanya bebas dari pengawasan pemerintah dan pajak khusus.

>Kerugian

  • Pemilik memiliki kewajiban tidak terbatas dan bertanggung jawab penuh terhadap hutang perusahaan.
  • Modal yang tersedia jauh lebih kecil.
  • Sukar mendapatkan biaya jangka panjang.
  1. Kongsi. Merupakan asosiasi dari dua orang atau lebih, yang bertindak sebagai pemilik bersama dari sebuah bisnis.

>Keuntungan

  • Formalitas hukum dan pengeluaran lebih sedikit dibandingkan dengan perseroan.
  • Lebih mudah mendapatkan modal besar.
  • Pengambilan keputusan dalam sebuah kongsi lebih luwes dibandingkan dengan perseroan.

> Kerugian

  • Terdapat kewajiban tak terbatas, paling sedikit bagi seorang rekanan.
  • Kongsi akan berakhir kapan saja.
  • Kepentingan pribadi seorang rekanan sukar dihapuskan.
  1. Perseroan. Merupakan sebuah badan hukum dan mempunya identitas yang terpisah dari para pemiliknya.

>Keuntungan

  • Kewajiban pemilik saham terbatas pada jumlah saham.
  • Pemilikan dengan mudah dapat dipindahkan dari satu orang ke orang lain.
  • Mempunyai ekstensi hukum yang terpisah.
  • Eksistensi perseroan relatif lebih stabil dan lebih permanen.
  • Perseroan mampu menggaji spesialis

>Kerugian

  • Kegiatannya dibatasi oleh akta pendirian dan berbagai hukum atau perundang-undangan.
  • Banyak peraturan pemerintah yang harus diperhatikan.
  • Memakan lebih banyak biaya dalam pembentukannya.
  • Terdapat pajak-pajak lebih besar yang harus dibayar.

      Untuk menyediakan sumber daya manusia yang tepat pada organisasi kewirausahawan ketika berbagai posisi menjadi terbuka atau lowong, manajer hendaknya mengikuti empat langkah yang berurutan berikut ini:

  1. Pengrekrutan
  2. Seleksi
  3. Pelatihan
  4. Penilaian hasil kerja

     Langkah pokok kedua yang terlibat dalam penyedian sumber daya manusia yang tepat bagi organisasi kewirausahawan adalah seleksi. Seleksi adalah pemilihan individu untuk disewa dari semua individu-individu yang telah direkrut. Dengan ini, seleksi bergantung pada dan menyertai penarikan  tenaga kerja. Proses seleksi biasanya diwakili oleh serangkaian tahap melalui mana calon tenaga kerja harus melewatinya untuk bisa disewa. Tiap tahap yang berurutan mengurangi kelompok total dari calon tenaga kerja samapi akhirnya satu individu bisa disewa. Berikut ini adalah tahap-tahap dari proses seleksi:

  1. Penyaringan pendahuluan dari rekaman, berkas data, dan lain-lain
  2. Wawancara pendahuluan
  3. Tes kecerdasan
  4. Tes bakat
  5. Tes kepribadian
  6. Rujukan prestasi
  7. Wawancara dianostik
  8. Pemeriksaan kesehatan
  9. Penilaian pribadi

Sumber:

Wiratmo, Masykur. 1994. Kewirausahawan. Jakarta: Universitas Gundarma.

http://okesofyan.blog.com/2012/01/04/tugas-kewirausahaan-oke/

Klik untuk mengakses File0020.PDF

SAMPLING PEKERJAAN

2.1    Sampling Pekerjaan

      Teknik sampling pekerjaan ini pertama kali digunakan oleh seorang sarjana Inggris yang bernama LHC. Tippet dalam sebuah aktivitas penelitian di industri sangat efektif dan efisien untuk digunakan dalam mengumpulkan informasi mengenai kerja mesin beserta operatornya, pada dasarnya prosedur pelaksanaan cukup sederhana. Dibandingkan dengan metode kerja yang lain metode sampling pekerja tersa lebih efektif karena informasi diperoleh dalam waktu yang relatif singkat (Wignjosoebroto, 1992).

     Metode sampling pekerjaan sangat cocok untuk digunakan dalam melakukan pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya siklus waktu yang relatif panjang. Sampling pekerjaan dapat dikatakan sebagai sebuah teknik yang digunakan dalam penentuan waktu baku dengan melakukan pengamatan dengan melakukan pengamatan dengan mengamati apakah tenaga kerja dalam kondisi bekerja atau dalam kondisi menganggur (Purnomo, 2004).

      Sampling pekerjaan atau yang biasa disebut dengan bahasa asingnya work sampling merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas kinerja dari mesin, proses atau operator. sampling pekerjaan merupakan sebuah metode yang masuk kedalam katagori pengukuran waktu secara langsung, meskipun sampling pekerjaan masuk dalam kategori pengukuran waktu secara langsung tapi dalam pelaksaannya berbeda dengan metode pengukuruan waktu langsung  lainya seperti metode stopwatch time study. Perbedaan metode stopwatch time study dengan work sampling adalah pada work sampling pengamat tidak harus berada ditempat pekerjaan para pekerja melainkan dengan cara mengamati pada  waktu-waktu tertentu yang ditentukan secara random (acak). Salah satu kelebihan dari sampling pekerjaan adalah memiliki kelebihan tersendiri dimana sampling pekerjaan juga dapat mengamati beberapa kondisi aktivitas kerja yang bervariasi (Wignjosoebroto, 1992).

       Metode kerja sampling pekerjaan dikembangkan berdasarkan hukum probabilitas karena itulah maka pengamatan suatu objek tidak perlu dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan hanya mmenggunakan contoh (sempel) yang diambil secara acak. Secara garis besar sampling pekerjaan dapat digunakan untuk (Wignjosoebroto, 1992);

  1. Mengukur ‘ratio delay’ dari sejumlah mesin, karyawan atau operator, dan fasilitas kerja lainnya. Sebagai contoh ialah untuk menentukan prosentase dari jam kerja atau hari dimana mesin atau operator benar-benar terlibat dalam aktifitas kerja dan prosentase dimana sama sekali tidak ada aktifitas kerja yang dilakukan (menganggur atau idle).
  2. Menetapkan ‘performance level’ dari seseorang selama waktu kerjanya berdasarkan waktu-waktu dimana operator ini bekerja atau tidak bekerja terutama sekali untuk pekerjaan-pekerjaan manual.
  3. Menetapkan waktu baku untuk suatu proses atau operasi kerja seperti halnya yang bisa dilaksanakan oleh pengukuran kerja lainnya.

 

2.2    Manfaat Sampling Pekerjaan

       Sampling pekerjaan memiliki beberapa manfaat yang baik dalam penerapannya pada bidang pengukuran kerja yang dilaksanakan pada dunia manufaktur. Manfaat tersebut tentunya sangat berguna bagi produktifitas para pekerja dibidangnya masing-masing. Manfaat tersbut diantaranya adalah sebagai berikut (Sutalaksana, 2006):

  1. Bermanfaat untuk mengetahui distribusi pemakiaan waktu sepanjang waktu kerja yang dipakai oleh pekerja.
  2. Bermanfaat untuk mengetahui pemanfaatan kerja mesin dan alat-alat pabrik agar lebih efektif.
  3. Bermanfaat untuk mengetahui waktu baku yang dibutuhkan bagi para pekerja tidak langsung.
  4. Bermanfaat untuk mendapatkan waktu kelonggaran bagi satu aktifitas pekerjaan

2.3    Tahapan yang Dilakukan Sebelum Pengukuran

     Proses pengukuran yang baik dapat ditentukan berdasarkan tahapan-tahapan sebelum melakukan pengukuran. Tahapan tersebut tentunya memiliki prosedur yang tidak boleh dilewatkan tetapi harus melalui tahap demi tahap guna mendukung keakuratan dari hasil pengukuran. Tahapan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut            (Sutalaksana, 2006):

  1. Menetapkan tujuan pengukuran, yaitu yaitu untuk apa sampling pekerjaan dilakukan yang akan menentukan besarnya tingkat ketelitian dan keyakinan.
  2. Melakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui ada tidaknya sistem kerja harus dilakukan dahulu.
  3. Melakukan pemilihan operator, poses ini dilakukan dengan tujuan apakah operator tersebut memiliki kelainan penyakit seperti tidak mampu dalam membaca alat ukur dan sebagainya.
  4. Mengadakan latihan bagi operator yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan.
  5. Melakukan pemisahan terhadap jenis pekerjaan yang ingin diamati.
  6. Menyiapkan peralatan yang diperlukan berupa papan pengamatan, lembaran-lembaran pengamatan, pena atau pensil.

2.4    Perbandingan Sampling Pekerjaan dengan Stopwatch Time Study

       Sampling pekerjaan memiliki beberapa perbedaan dengan stopwatch time study meskipun kedua pengukuran tersebut merupakan jenis pengkuran secara langsung. Perbedaan tersebut dapat dilihat berikut ini (Wignjosoebroto, 1992):a

2.5.    Melakukan Sampling Pekerjaan

      Proses yang dilakukan dalam sampling pekerjaan tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan deangan jam henti. Proses tersebut terdiri dari menetukan sampel pengamatan, melakukan pengamatan, melakukan uji keseragaman data, melakukan uji ketelitian data dan menentukan waktu baku guna mendapatkan persentase kerja yang produktif (Wignjosoebroto, 1992).

2.5.1 Menentukan Sampel Pengamatan 

       Menentukan sempel pengamatan merupakan hal terpenting yang dilakukan sebelum melakukan sebuah pengamatan yang diakhiri dengan perolehan data yang akurat. Menentukan sempel pengamatan sekaligus dapat membantu kelengkapan dari data yang akan diperoleh (Wignjosoebroto, 1992).

 

2.5.2 Melakukan Uji Keseragaman Data

     Tahap selanjutnya setelah memperoleh data adalah mengolah data-data tersebut adalah melakukan uji keseragaman data. Uji keseragaman data memiliki dua penilaian yang berbeda yaitu dengan cara menetukan nilai batas atas dan batas bawahnya, dimana hasil tersebut dapat dilihat dari perbandingan rumus dibawah ini(Wignjosoebroto, 1992):

b

c

       Menghitung jumlah pengamatan yang diperlukan, dengan cara menetukan tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan. Jumlah pengamatan yang diperlukan untuk tingkat ketelitian 5% dan tingkat keyakinan 95% diketahui melalui rumus:

d

2.5.3   Menentukan Waktu Baku

       Waktu baku adalah waktu yang diperlukan oleh seorang operator dalam kondisi kerja terbaik. Waktu baku dari suatu pengamatan yang telah diperoleh dari sebuah perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya. Panjang satuan waktu tidak terlalu pendek dan juga tidak terlalu panjang bertujuan untuk kemungkinan mendapatkan dua atau lebih kunjungan berturut-turut setiap satu menit sekali tentunya menyulitkan. Kelebihannya adalah mudah pula dimengerti, yang akan menyebabkan jumlah kunjungan per hari terbatas yang berarti akan menjadikan masa pengamatan sampling pekerjaan lebih lama (Sutalaksana, 2006).

e

2.5.4 Menentukan Kelonggaran

     Kelonggaran merupakan bentuk toleransi yang diterapkan pada suatu jenis pekerjaan.  Kelonggaran dapat ditentukan dari  tiga hal yaitu kelonggaran yang disebabkan rasa fatigue, kebutuhan priabadi, dan kebutuhan tak terhindarkan.Kelonggaran yang tidak selalu tampak sebagai kegiatan yang berdiri sendiri. Kedua adalah bahwa operator yang diukur harus seorang yang melakukan banyaknya kelonggaran yang tidak wajar seperti kegiatan bercakap-cakap terlampau banyak dan kelonggran yang tidak dapt terhindarkan seperti kondisi pekerja yang berada dalam kondisi yang tidak sehat.

     Penilaian terhadap kelonggaran dari pekerja dapat ditentukan berdsarkan dua buah pendekatan secara matematis yang dapat mengukur seberapa besar produktifitas dari seorang pekerja yaitu cara Schumard dan Westinghouse (Sutalaksana, 2006).

      Westinghouse memberikan patokan penilaian penyesuaian berdasarkan faktor-faktor, kelas-kelas, dan diberi lambang untuk setiap nilai penyesuaian. Pengukur diberi patokan untuk menilai performance kerja operator menurut faktor-faktor ketrampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Sedangkan kelas-kelas seperti Superskill, Exellent, Good, Average, Fair, Poor, dan Excessive. Seorang yang dipandang bekerja good diberi nilai +0,06 dengan faktor penyesuaian berdasarkan keterampilan (Sutalaksana, 2006).

Sumber:

Sutalaksana, Iftikar Z. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung: ITB.

Wignjosoebroto, Sritomo. 1992. Teknik Tata Cara dan Pengukuran Kerja. Surabaya: Guna Widya.

Purnomo, Hari. 2004. Pengantar Teknik Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tentang Ibu Yuyun Yuniar

Mata kuliah Pengetahuan Lingkungan merupakan mata kuliah pengetahuan yang mengkaji hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya yang berhubungan dengan dampak kehidupan manusia serta berupaya untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Dosen yang mengajar mata kuliah tersebut adalah Ibu Yuyun Yuniar. Selain menjadi dosen pengajar Ibu Yuyun Yuniar juga merupakan wali kelas dari kelas saya yaitu kelas 3ID05. Ibu Yuyun Yuniar sebelumnya juga pernah mengajar dikelas 3ID05 pada semester 5 dengan mata kuliah analisis keputusan. Menurut saya Ibu Yuyun Yuniar adalah sosok yang baik dan ramah, beliau juga cukup sabar dalam menghadapi tingkah laku dari mahasiswa/i yang kurang baik. Ibu Yuyun Yuniar juga merupakan dosen yang baik dalam pemberian nilai, beliau selalu membantu mahasiswanya dalam mendapatkan nilai yang baik dikelas. Ibu Yuyun Yuniar juga memiliki sifat yang humoris karena terkadang dalam mengajar Ibu Yuyun suka memberikan candaan-candaan untuk mencairkan suasana dikelas agar tidak terlalu tegang dan membosankan. Namun dalam penyampaian materi Ibu Yuyun terkadang terlalu terburu-buru sehingga banyak mahasiswa yang kurang mengerti dengan apa yang beliau ajarkan. Semoga kedepannya Ibu Yuyun  menjadi dosen yang semakin baik lagi dalam segala hal. Sekian pendapat saya mengenai Ibu Yuyun Yuniar.

Terima Kasih Ibu 🙂

Langkah-Langkah Dalam Menerapkan ISO 14001

Sertifikasi atas ISO 14001 mempunyai arti bahwa sistem manajemen lingkungan dari perusahaan diakses, dinilai atau dievaluasi, dan hasilnya telah memenuhi persayaratan-persyaratan yang sesuai dengan standar SML ISO 14001. Terdapat tiga jenis sertifikasi, yaitu :

  • Sertifikasi jenis I atau sertifikasi pihak ketiga
  • Sertifikasi jenis II atau pernyataan diri
  • Sertifikasi jenis III atau sertifikasi pihak kedua

Sertifikasi diri atau sertifikasi yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri memunyai bobot yang paling kecil; namun hal ini masih lebih bagus daripada tidak ada sertifikasi. Tidak peduli proses sertifikasi mana yang akan diambil, paling sedikit ada langkah yang benar. Umumnya perusahaan memilih menggunakan pihak ketiga, dan dalam proses sertifikasi langkah-langkah yang harus diambil adalah :

  1. Perusahaan mempersiapkan diri untuk menerapkan SML yang diperlukan, yang mencakup antara lain tentang aspek, dampak, kebijakan, tujuan, sasaran dan program manajemen leingkungan, dan penerapan SML secara konsisten di perusahaan sesuai dengan dokumentasi SML yang telah dibuatnya.
  2. Perusahaan mempersiapkan dokumen.
  3. Perusahaan memilih lembaga sertifikasi SML dan mengajukan permohonan untuk memperoleh sertifikasi.
  4. Lembaga sertifikasi melaksanakan penilaian awal yang diikuti audit/assesmen menyeluruh pada perusahaan.
  5. Perusahaan memperoleh sertifikat ISO 14001.
  6.  Adanya surveilans oleh lembaga sertifkasi untuk melihat bagaimana perusahaan mempertahankan SML-nya.

Dalam sertifikasi ISO 14001, ada dua hal yang perlu dicatat:

  1. Sertifikasi yang dilaksanakan harus berdasarkan masing-masing lokasi pabrik.
  2. Umumnya sertfikasi yang diberikan berlaku untuk jangka waktu dua atau tiga tahun. Dalam perioda waktu itu, audit secara berkala dilakukan oleh lembagayang melakukan sertifikasi.

Dalam audit, hal yang sering ditemukan sebagai ketidaksesuaian sehingga belum dapat diberikannya sertifikasi adalah :

  • Kurangnya komitmen, manajemen kurang memperhatikan kebijakannya.
  • Kurangnya bukti yang menguatkan bahwa SML menghasilkan tindakan menuju perlindungan lingkungan.

Terdapat prosedur wajib yang harus dibuat dalam rangka penerapan Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004. Berikut ini kesebelas prosedur wajib ISO 14001 yang dimaksud:

  1. Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan (Berdasarkan klausul 4.3.1)
  2. Prosedur Evaluasi Kesesuaian Terhadap Persyaratan Hukum, Peraturan, Serta Perundang-undangan yang Berlaku (Berdasarkan klausul 4.3.2 dan 4.5.2)
  3. Prosedur Kompetensi, Pelatihan, dan Kesadaran (Berdasarkan klausul 4.4.2)
  4. Prosedur Komunikasi (Berdasarkan klausul 4.4.3)
  5. Prosedur Pengendalian Dokumen (Berdasarkan Klausul 4.4.5)
  6. Prosedur Pengendalian Operasional (Berdasarkan Klausul 4.4.6)
  7. Prosedur Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat (Berdasarkan Klausul 4.4.7)
  8. Prosedur Pemantauan dan Pengukuran Operasional Terhadap Dampak Lingkungan (Berdasarkan Klausul 4.5.1)
  9. Prosedur Identifikasi Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan (Berdasarkan klausul 4.5.3)
  10. Prosedur Pengendalian Rekaman atau records (berdasarkan klausul 4.5.4)
  11. Prosedur Audit Internal (Berdasarkan klausul 4.5.5)

Keberhasilan penerapan sistem manajemen lingkungan ISO 14001 sangat bergantung pada keberhasilan organisasi dalam mengidentifikasi aspek dan dampak (ASDAM) lingkungan. Karena aspek dan dampak lingkungan inilah yang nantinya akan menentukan; peraturan apa yang berkaitan; kompetensi dan kesadaran macam apa yang harus dikuasai; sosialisasi dan komunikasi apa saja yang harus disampaikan;  kegiatan operasional apa saja yang harus dikendalian; dan kesiapsiagaan dan antisipasi kegawatdaruratan apa yang harus dipersiapkan.

Sumber:

http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1832

11 Prosedur Wajib Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001

Perusahaan yang Menerapkan SIstem ISO 14001

No.  Nama Perusahaan Alamat Produk yang Dihasilkan
1 PT. Pertamina CP Field Cepu Jl. Gajah Mada PO Box 1, Cepu, Blora, Jawa Tengah, Indonesia Minyak dan Gas Bumi
2 PT. AMARTA KARYA Jl. Veteran No. 112, 17141 Bekasi – Indonesia Kontstruksi
3 PT. Krakatau Steel Jl. Industri No. 5 P.O. Box 14. Cilegon – Banten 42435 Steel
4 PT. Adhi Persada Beton Jalan Raya Pasar Minggu KM.18 Jakarta 12510 Beton
5 PT. LG Electronic Indonesia BlokG MM2100 Industrial Town, Grandmekar, Cikarang Barat Elektronik
6 PT. Matsushita Gobel Battery Industri Kawasan Industri Gobel, Teuku Umar Km 44, Cikarang Barat Battery
7 PT. Komatsu Indonesia Jl. Raya Cakung Cilincing Km. 4. Jakarta Utara 14140 Elektronik
8 PT. Trakindo Utama Jl. Cilandak KKO No. 1 Jakarta Selatan Mesin
9 PT. Sanyo Jaya Jl. Raya Jakarta Bogor Km. 35, Cimanggis,Bogor 16951 Elektronik
10 PT. Voksel Elektrik, Tbk JL. Narogong Raya, Km. 16, Cibinong Elektronik

TENTANG ISO 14001

Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu isu penting yang berkembang sepanjang abad ini. Degradasi kualitas lingkungan yang terjadi di bumi, telah mendorong tercapainya komitmen dari berbagai negara untuk menerapkan program pembangunan berkelanjutan, sebagaimana dicetuskan dalam KTT Bumi di Rio de Janerio pada 1992. Pada dasarnya, seri standardisasi ISO 14000 berisi standar, pedoman, dan kebijakan yang mengatur pengelolaan lingkungan yang tepat oleh organisasi yang disertifikasi. ISO 14001 adalah yang paling dikenal dari seri ISO 14000.
Sertifikasi ISO 14001 menunjukkan bahwa organisasi, bisnis, atau entitas perusahaan telah mengidentifikasi dan menilai risiko lingkungan dari berbagai prosedur manajemen, dan telah mengembangkan metode dan rencana aksi untuk menanganinya.
ISO 14001 (Sistem Manajemen Lingkungan) merupakan sistem manajemen perusahaan yang berfungsi untuk memastikan bahwa proses yang digunakan dan produk yang dihasilkan telah memenuhi komitmen terhadap lingkungan, terutama dalam upaya pemenuhan terhadap peraturan di bidang lingkungan, pencegahan pencemaran dan komitmen terhadap perbaikan berkelanjutan.

ISO 14001 merupakan standar lingkungan yang bersifat sukarela (voluntary). Standar ini dapat dipergunakan oleh oleh organisasi/perusahaan yang ingin:

  • menerapkan, mempertahankan, dan menyempurnakan sistem manajemen lingkungannya
  • membuktikan kepada pihak lain atas kesesuaian sistem manajemen lingkungannya dengan standar
  • memperoleh sertifikat

Beberapa manfaat penerapan ISO adalah:

  • menurunkan potensi dampak terhadap lingkungan
  • meningkatkan kinerja lingkungan
  • memperbaiki tingkat pemenuhan (compliance) peraturan
  • menurunkan resiko pertanggungjawaban lingkungan
  • sebagai alat promosi untuk menaikkan citra perusahaan

Selain manfaat di atas, perusahaan yang berupaya untuk menerapkan ISO 14001 juga perlu mempersiapkan biaya-biaya yang akan timbul, diantaranya:

  • waktu staf atau karyawan
  • penggunaan konsultan
  • pelatihan
Manfaat bagi produsen adalah 
  1. Meminimasi potensi konflik antara pekerja dengan pengusaha dalam penyediaan lingkungan kerja yang layak dan sehat dan meningkatkan produktivitas pekerja melalui efisiensi waktu dan biaya
  2. Menjembatani pemenuhan peraturan lingkungan dengan lebih terencana dan terstruktur
  3. Penggunaan sumber daya alam yang lebih bijaksana menuju terciptanya eko-efisiensi
  4. Menjaga citra bisnis industri yang selama ini sering dikaitkan secara negatif dengan pencemaran lingkungan
Manfaat Bagi Lingkungan adalah berkurangnya pencemaran lingkungan melalui penurunan penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya, pengurangan limbah berbahaya dan dapat  mengurangi gangguan sosial yang berasal dari keberadaan industri itu sendiri misalnya, mengurangi kebisingan, polusi air, polusi udara, kemacetan, dan social responsibilty. Sedangka Manfaat Bagi konsumen adalah turut berpartisipasi dalam mendukung perlindungan lingkungan dengan membeli produk yang ramah lingkungan. 
Elemen ISO 14001

ISO 14001 dikembangkan dari konsep Total Quality Management (TQM) yang berprinsip pada aktivitas PDCA (Plan – Do – Check – Action), sehingga elemen-elemen utama EMS akan mengikuti prinsip PDCA ini, yang dikembangkan menjadi enam prinsip dasar EMS, yaitu:

  • Kebijakan (dan komitmen) lingkungan
  • Perencanaan
  • Penerapan dan Operasi
  • Pemeriksaan dan tindakan koreksi
  • Tinjauan manajemen
  • Penyempurnaan menerus

1. Kebijakan Lingkungan

Kebijakan lingkungan harus terdokumentasi dan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan dan tersedia bagi masyarakat, dan mencakup komitmen terhadap perbaikan berkelanjutan, pencegahan pencemaran, dan patuh pada peraturan serta menjadi kerangka kerja bagi penetapan tujuan dan sasaran.

2. Perencanaan

Mencakup indentifkasi aspek lingkungan dari kegiatan organisasi, identifikasi dan akses terhadap persyaratan peraturan, adanya tujuan dan sasaran yang terdokumentasi dan konsisten dengan kebijakan, dan adanya program untuk mencapai tujuan dan sasaran yang direncanakan (termasuk siapa yang bertanggung jawab dan kerangka waktu)

3. Implementasi dan Operasi

Mencakup definisi, dokumentasi, dan komunikasi peran dan tanggung jawab, pelatihan yang memadai, terjaminnya komunikasi internal dan eksternal, dokumentasi tertulis sistem manajemen lingkungan dan prosedur pengendalian dokumen yang baik, prosedur pengendalian operasi yang terdokumentasi, dan prosedur tindakan darurat yang terdokumentasi.

4. Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan

Mencakup prosedur yang secara teratur memantau dan mengukur karakteristik kunci dari kegiatan dan operasi, prosedur untuk menangani situasi ketidaksesuaian, prosedur pemeliharaan catatan spesifik dan prosedur audit kenerja sistem manajemen lingkungan

5. Tinjauan Ulang Manajemen

Mengkaji secara periodik sistem manajemen lingkungan keseluruhan untuk memastikan kesesuaian, kecukupan, efektifitas sistem manajemen lingkunganterhadap perubahan yang terjadi.

Pada prinsipnya, keenam prinsip ISO 14001 – Environmental Management System diatas dapat dibagi menjadi 17 elemen, yaitu:

  • Environmental policy (kebijakan lingkungan): Pengembangan sebuah pernyataan komitmen lingkungan dari suatu organisasi. Kebijakan ini akan dipergunakan sebagai kerangka bagi penyusunan rencana lingkungan.
  • Environmental aspects (aspek lingkungan): Identifikasi aspek lingkungan dari produk, kegiatan, dan jasa suatu perusahaan, untuk kemudian menentukan dampak-dampak penting yang timbul terhadap lingkungan.
  • Legal and other requirements (persyaratan perundang-undangan dan persyaratan lain): Mengidentifikasi dan mengakses berbagai peraturan dan perundangan yang terkait dengan kegiatan perusahaan.
  • Objectives and targets (tujuan dan sasaran): Menetapkan tujuan dan sasaran lingkungan, yang terkait dengan kebijakan yang telah dibuat, dampak lingkungan, stakeholders, dan faktor lainnya.
  • Environmental management program (program manajemen lingkungan): rencana kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran
  • Structure and responsibility (struktur dan tanggung jawab): Menetapkan peran dan tanggung jawab serta menyediakan sumber daya yang diperlukan
  • Training awareness and competence (pelatihan, kepedulian, dan kompetensi): Memberikan pelatihan kepada karyawan agar mampu mengemban tanggung jawab lingkungan.
  • Communication (komunikasi): Menetapkan proses komunikasi internal dan eksternal berkaitan dengan isu lingkungan
  • EMS Documentation (dokumentasi SML): Memelihara informasi EMS dan sistem dokumentasi lain
  • Document Control (pengendalian dokumen): Menjamin kefektifan pengelolaan dokumen prosedur dan dokumen lain.
  • Operational Control (pengendalian operasional): Mengidentifikasi, merencanakan dan mengelola operasi dan kegiatan perusahaan agar sejalan dengan kebijakan, tujuan, dan saasaran.
  • Emergency Preparedness and response (kesiagaan dan tanggap darurat): mengidentifikasi potensi emergency dan mengembangkan prosedur untuk mencegah dan menanggapinya.
  • Monitoring and measurement (pemantauan dan pengukuran): memantau aktivitas kunci dan melacak kinerjanya
  • Nonconformance and corrective and preventive action (ketidaksesuaian dan tindakan koreksi dan pencegahan): Mengidentifikasi dan melakukan tindakan koreksi terhadap permasalahan dan mencegah terulang kejadiannya.
  • Records (rekaman): Memelihara rekaman kinerja SML
  • EMS audits (audit SML): Melakukan verifikasi secara periodik bahwa SML berjalan dengan baik.
  • Management Review (pengkajian manajemen): Mengkaji SML secara periodik untuk melihat kemungkinan-kemungkinan peyempurnaan berkelanjutan.

Sumber:

http://www.amazine.co/25829/apa-itu-sertifikasi-iso-14001-definisi-konsep-manfaatnya/

http://mutucertification.com/id/sertifikasi-sistem-manajemen-lingkungan-iso-140012004-

MENGENAL ISO 14001 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

STUDI KASUS MENGENAI LINGKUNGAN

Kasus yang paling sering dihadapi mengenai lingkungan adalah pencemaran udara. Terutama pada saat ini pencemaran udara di Jakarta semakin memburuk akibat semakin banyaknya kendaraan yang digunakan oleh masyarakat. Yang semakin memprihatinkan bukan hanya dari pencemaran udaranya saja melainkan dari lingkungan juga,dimana fungsi tumbuhan yang seharusnya mengambil CO2 dari asap-asap kendaraan justru tidak terambil diakibatkan minimnya penghijauan. Saat ini sudah tidak adalagi paru-paru kota di Jakarta sehingga sangat sulit untuk mencari udara bersih di Jakarta.

Penanggulangan yang harus dilakukan:

Pemerintah sebaiknya memperhatikan kondisi ini secara lebih karna tanpa adanya pergerakan dari pemerintah ibukota Jakarta tidak akan bisa mengurangi masalah ini. Pergerakan masyarakat yang ingin melakukan penghijauan pun tidak bisa terlaksana dengan baik apabila tidak adanya kontrobusi dari pemerintah.

Cara-cara yang dapat dilakukan:

  • Melakukan penghijauan dengan menanamkan minimal satu pohon disetiap rumah dan pohon disetiap pinggir jalan.
  • Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, pemerintah sangat berperan penting disini karna dengan pengurangan kendaraan bermotor pemerintah harus menyediakan fasilitas yg baik agar masyarakat dapat dengan nyaman berpergian tanpa harus menggunakan kendaraan pribadi.
  • Mengurangi pembangunan gedung-gedung besar, sehingga lahan yang kosong tersebut dapat ditanami dengan tumbuhan-tumbuhan yang bisa menjadi paru-paru bagi lingkungan sekitar atau lebih luas lagi menjadi paru-paru kota.

STUDI KASUS MENGENAI LINGKUNGAN BERDASARKAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kegiatan pembangunan yang makin meningkat, mengandung resiko, makin meningkatnya resiko makin meningkatnya pencemaran dan perusakan lingkungan, termasuk oleh limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3), sehingga struktur dan fungsi ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan dapat rusak. Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup akan menjadi beban sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah harus menanggung biaya pemulihannya. Tidak ditaatinya Peraturan Pemerintah Limbah B3 oleh para pelaku industri dan pelaku kegiatan lainnya. Dalam hal ini pencemaran yang dilakukan PT. Marimas di Semarang.

Menurut warga, Pabrik PT Marimas telah mencemari aliran sungai disekitar pabrik selamat 2 sampai 3 tahun terakhir. Pencemaran semakin parah karena saluran pembuangan limbah jebol, yang mana mengakibatkan bau menyengat yang berasal dari pembuangan limbah tersebut. Selain mencemari lingkungan, kini warga kesulitan untuk mencari air bersih karena limbah telah bercampur dengan air sumur.

Pasal Perundang-undangan yang Terkait:

  1. Pasal 69 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
  2. Pasal 59 UU No. 32 Tahun 2009 mengenai pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.
  3. Pasal 53 UU No. 32 Tahun 2009, mengenai penanggulangan lingkungan hidup.
  4. Pasal 54 UU No. 32 Tahun 2009, mengenai pemulihan lingkungan hidup.

Sumber:

http://widhiyuliawan.blogspot.com/2014/05/makalah-hukum-lingkungan-analisis-kasus.html